Tinggal di Rumah Tak Layak Huni, 35 Tahun Jadi Polisi, Setyo Buat Perpustakaan Keliling
TUBAN – Siapa sangka.
Seseorang yang berprofesi sebagai seorang polisi selama 35 tahun, tinggal bersama istri dengan keduabelas anak menetap di sebuah rumah tinggal yang kurang layak huni untuk ukuran rata-rata tempat tinggal. Ini sungguh terjadi.
Dia adalah
Aiptu Setyo Bekti, personel Polisi di
Polsek Montong. Dan rumah
tinggalnya di Kelurahan
Mondokan Kecamatan Tuban Kota.
Rumahnya sangat sederhana, berukuran
sekitar 6x20 meter. Dari 3 kamar yang ada, hanya ada satu kamar yang bisa ditempati dengan ukuran 2x2
meter. Sementara dua kamar
lainnya masih terbengkalai.
Walaupun
demikian, keterbatasan tersebut tak mematahkan semangatnya untuk peduli
terhadap orang sekitarnya. Dengan sepeda motor bututnya, di sela-sela tugasnya
sebagai aparat bhabinkamtibmas Desa Taskombang selama dua tahun ini, Aiptu Setyo
berkeliling kampung sambil membawa kotak berisi buku-buku bacaan.
Aiptu Setyo ingin
anak-anak yang berada di desa binaannya supaya gemar membaca buku. Dia mengubah
sepeda motor dinasnya menjadi perpustakaan keliling. Pada bagian belakang motornya
ada boks untuk menaruh sejumlah buku bacaan.
Dia tak menyangka
apa yang dilakukannya itu mendapatkan sambutan dari anak-anak hingga ibu-ibu di
desa tersebut.
“Anak-anak yang
umurnya 15 tahun ke bawah antusiasnya cukup tinggi. Begitu juga ibu-ibu PKK
juga mendekati motor dinas saya. Mereka tertarik untuk membaca buku-buku resep
maupun majalah yang saya bawa,” ucap Setyo.
Selama menjalankan
tugas sebagai aparat keamanan, dia menawarkan buku-buku bacaan tersebut untuk
dipinjamkan.
Banyak permintaan
dari warga Taskombang agar dia juga melengkapi koleksi buku-bukunya dengan tema-tema
lainnya. Seperti buku cara beternak bebek yang belum dimilikinya. Walaupun
demikian, dia mau menyediakan buku
tersebut sekalipun harus mengeluarkan uang pribadi.
“Paling banyak
peminatnya ya soal buku belajar membaca. Soalnya saya memiliki beberapi seri.
Banyak juga anak-anak yang ingin membacanya,” ucap Setyo.
Selain
berkeliling desa menawarkan pinjaman buku bacaan, atas izin pihak desa, Setyo juga
memanfaatkan ruangan bekas bidan desa di Kantor Desa Taskombang sudah tidak
digunakan lagi sebagai pojok bacaan sebagaimana perpustakaan umumnya dengan ukuran
5,5 meter x 2,5 meter.
Setyo menerangkan,
selain perpustakaan keliling, memang diperlukan tempat permanen untuk membaca
bagi anak-anak. Saat ini, dia ingin karangtaruna desa setempat juga mengelola
pojok literasi tersebut.
“Kami manfaatkan
ruangan itu sebagai pojok literasi sekaligus pos kemitraan bhabinkamtibmas.
Saya juga punya keinginan untuk bisa dipasang wifi juga di pojok literasi itu.
Tapi pelan-pelan karena juga memerlukan biaya,” ucapnya. []