Kompolnas Apresiasi Polri Evaluasi Kasus-Kasus Viral
JAKARTA - Memasuki penghujung
tahun 2021 ini, kinerja Polri kerap menjadi sorotan masyarakat dan viral di
media sosial.
Seperti contohnya, kasus dugaan
ayah perkosa anaknya di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, pedagang dipukul preman
malah jadi tersangka di Medan, Sumatera Utara (Sumut), polisi banting mahasiswa
yang demo di Kabupaten Tangerang, Banten, dan yang terbaru polantas pukul
pengendara yang menolak ditilang di Deli Serdang, Sumut.
Demi menjaga nama baik intitusi
kepolisian, Polri dengan cepat melakukan perbaikan dan evaluasi terhadap
kinerja anggotanya.
Langkah tersebut mendapat
apresiasi dari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Kompolnas berharap
polisi lebih berhati-hati dalam bertindak di tengah masyarakat.
Juru bicara Kompolnas Poengky
Indarti mengatakan, agar ke depan polisi lebih berhati-hati dalam bertindak.
Menurutnya, di era digital sekarang ini, sekecil apa pun tindakan menyimpang
yang dilakukan polisi akan mudah tersorot oleh publik.
"Apresiasi langkah cepat
polri dalam memperbaiki. Kasus-kasusnya kan viral, dengan kasus ini
viral dan publik juga sudah melek teknologi, diharapkan kelakuan para polisi di
lapangan itu lebih hati-hati," kata Poengky, Jumat (15/10/2021).
Lebih lanjut, Poengky menekankan,
polisi sudah seharusnya sadar segala kegiatan mereka tidak hanya diawasi oleh
institusi internal dan eksternal semisal Kompolnas, namun juga dari masyarakat
melalui gadget mereka yang dapat merekam aksi-aksi aparat yang menyimpang.
"Karena pengawasnya itu
sekarang banyak sekali. Nggak cuma pengawas internal dan pengawas eksternal,
dalam hal ini kompolnas misalnya. Tapi juga masyarakat dengan gawai mereka bisa
merekam apa yang dianggap masyarakat tidak adil, maka masyarakat akan
protes," ujar Poengky.
Kemudian, Poengky menyebutkan
tiga satuan kerja Polri yang berhubungan langsung dengan masyarakat, di
antaranya polantas, polisi reserse kriminal, dan polisi kasus. Tiga bagian
tersebutlah yang akan selalu menjadi perhatian publik, khususnya reskrim,
lantas, dan sabhara.
"Nah yang bersentuhan dengan
masyarakat itu mestinya harus bisa melaksanakan tugasnya dengan profesional dan
humanis. Karena memang yang diharapkan masyarakat ini polisi pengayom,
pelindung, dan pelayan masyarakat," ucap Poengky.
Poengky lalu menghimbau kepada
setiap aparat, untuk mengedepankan tindakan-tindakan manusiawi ketimbang
represif.
"Jadi lebih ke
tindakan-tindakan manusiawi polisi, ketimbang represif, penegakan hukum. dan
ini mesti harus diingat, kadang anggota-anggota yang di bawah itu harus nggak
mikir jauh kalau kelakuannya itu akan disorot masyarakat dan yang malu
pimpinan," imbuh Poengky.
Selanjutnya Poengky menyarankan,
agar diterapkan sanksi yang dapat
memberikan efek jera. Di mana jika terjadi pelanggaran, komandan dari si oknum
turut pula menerima sanksi.
"Kalau pimpinannya itu, Pak
Listyo misalnya sudah serius gitu, Tapi anak buah yang di lapangan ini
kadang-kadang selengean. Oleh karena itu atasan yang bertanggungjawab
terhadap anak buah di bawahnya," jelas Poengky.
Poengky menilai atasan harus bisa
mengawasi anak buahnya. "Jangan sampai tindakan mereka itu jadi 'nila
setitik rusak susu sebelanga' dan bikin malu sampai pimpinan tertinggi,"
lanjut Poengky.
Selain dari pembinaan, Poengky
juga berharap Polri mampu prediktif dan preventif. Terakhir, Poengky memuji
langkah Polri soal kasus di ayah diduga perkosa 3 anak.
"Untuk kasus Luwu menyita
emosi publik karena melibatkan perempuan dan anak. Jadi ya memang ini harus
jadi perhatian khusus, memang harus hati-hati dalam menanganinya. Sejauh ini,
yang saya tangkap dari polisi, mereka sudah bagus dalam penanganan kasus
ini," pungkas Poengky. [zf/kp]